Apple memang dikenal
sebagai salah satu pelopor teknologi tingkat dunia. Setiap tahunnya Apple
selalu berhasil menarik perhatian publik dengan new launch items
miliknya. Hal ini tentu bukan tanpa alasan, Apple memiliki suatu nilai
yang menjual sebagai high end items. Dimana publik percaya bahwa
konsumen produk Apple memiliki strata ekonomi yang lebih tinggi. Selain
itu, Apple memproduksi produknya dengan kualitas tinggi dan luar biasa
baik. Namun, hal ini juga memancing “keheranan” publik, dengan Apple yang
dinilai monoton dan selalu telat masuk ke market.
Apple selalu telat jika
berbicara mengenai launching produk baru daripada
kompetitor-kompetitornya. Bahkan banyak kritikan hingga hujatan terhadap
perilaku brand Apple ini, seakan Apple BODOH. Jika dilihat dari
perilaku Apple ketika launching suatu produk, mereka cenderung
memproduksi produk yang kompetitor-kompetitornya sudah pernah keluarkan, dan
inilah yang disebut-sebut sebagai late entry to the market atau telat
memasukki pasar. Namun, dengan telat memasuki pasar, apakah berarti Apple
memang bodoh? Pada tahun 2006, sebelum IPhone diciptakan, market
smartphone awalnya 81,9 juta USD. Lalu pada tahun 2011, setelah IPhone diciptakan,
market smartphone naik menjadi 494 juta USD. Lalu sebelum Apple Watch
di-release, pasar smartwatch pada tahun 2015 awalnya 6,9 juta
USD. Setelah Apple Watch, yaitu pada tahun 2019 market size-nya
mencapai 92,3 juta USD. Dan hal ini konsisten Apple lakukan. Tentunya,
dari bagaimana cara Apple memperlukan pasar, it’s safe to say that
“Only Apple Can Do It.”
Jika kita lihat bagaimana seharusnya pasar bekerja,
maka menjadi sebuah late entry brand memang tidak mudah. Coba bayangkan,
misalnya Brand A adalah pelopor dari makanan topokki, lalu
lahirlah Brand B yang merupakan perusahaan sejenis yang membuat makanan topokki
juga, dan dengan harga yang lebih murah. Namun, dikarenakan Brand A
merupakan OG-nya (original), atau pelopor, atau pencipta utamanya dari topokki,
pasar justru cenderung ragu dengan produk dari Brand B. Pasar atau
konsumen cenderung berfikir bahwa Brand B menurunkan kualitas produk
sehingga dapat menjual produk yang lebih murah, padahal pada kenyataannya belum
tentu. Dari sini kita dapat melihat bahwa, untuk menjadi late entry brand
itu tidak mudah.
Bagaimana cara Apple yang merupakan late
entry brand mampu memperluas market,
dan berhasil dilakukan berkali-kali? Simpelnya, trust. Keuntungan
menjadi late entry adalah market sudah teredukasi, dan kompetitor
sudah R&D (research and development) terlebih dahulu. Sehingga
dengan banyak inovasi dan riset yang sudah ada, Apple dengan segala
kejeniusannya hanya perlu membuat produk yang jauh lebih bagus. And again,
hal ini lah yang membangun rasa percaya atau trust di mata market.
Hal ini tentu berbuah baik bagi Apple. Apa buahnya? Apple memiliki loyal
customer. Dengan memiliki loyal customer, apapun produk yang dia
keluarkan, semahal apapun produknya, konsumen akan tetap percaya bahwa produk Apple
adalah produk berkualitas premium.
Menjadi late entry brand memang sangat berisiko,
namun Apple menjadikannya sebagai sebuah strategi marketing dan
mengambil banyak keuntungan dari sana. Kejeniusan brand Apple tidak
berhenti sampai disana. Sebagai pengguna dari produk Apple, selama penggunaannya,
ada suatu lingkaran yang dibuat oleh Apple yang dinamakan Apple’s
ecosystem. Secara tidak sadar, siapun pengguna produk Apple, akan
sangat sulit untuk beralih ke brand lain. Karena adanya Apple’s
ecosystem inilah, yang membuat semua produk yang dikeluarkannya terhubung
satu sama lain. Sebagai contoh, lihat bagaimana Apple membuat IPhone terhubung
dengan Macbook, atau Macbook dengan Airpods, dan lainnya. Lalu, kemudahan
mengirim data hanya dengan Airdrop yang hanya bisa dilakukan dengan
produk sesama Apple. Atau jika kita memiliki device baru dan
hendak memindahkan data dari device lama hanya perlu dicadangkan dengan Icloud
atau sesimpel men-transfer data, maka isi maupun tampilan device baru
milik kalian akan terisi dengan semua data dari device lama kalian.
Singkatnya adalah from Apple to Apple. Safe to say, bahwa
dengan marketing seperti ini, Apple mungkin menjadi satu-satunya
perusahaan teknologi paling makmur di seluruh dunia.
Brand yang besar dan mendunia tidak bisa hanya memiliki teknik pemasaran yang baik tetapi juga produk yang baik. Meski Apple memiliki strategi marketing yang sangat baik, inovasi juga harus mengikuti terhadap produk-produknya. Tujuannya, agar produk Apple tidak monoton dan tidak ketinggalan zaman. Karena teknologi khususnya IPTEK selalu berkembang.
No comments:
Post a Comment